Nyeri saat haid, awas Endometriosis akhir - Saat pertama kali mendapatkan menstruasi (menarke), kondisi Diyah memang tidak wajar. Ia selalu merasakan nyeri saat haid secara hebat, juga masa haid yang panjang hingga 2 minggu. Beberapa tahun kemudian, Diyah pun didiagnosis dengan endometriosis tahap empat.
Yulisdiyah K. Nuswapadi (36 tahun) adalah salah satu dari sekian banyak pasien endometriosis di Indonesia. Ia tidak menyangka bahwa nyeri haid yang dirasakannya tiap bulan akibat endometriosis yang terus tumbuh hingga membentuk perlengketan di rongga perut.
“Saya pertama haid kelas 1 SMP. Setelah haid pertama sempat berhenti, lalu haid lagi langsung banjir hebat, mens 2 minggu nggak berhenti sampai pakai pembalut 5 tumpuk,” tutur Diyah, mengawali ceritanya tentang pengalaman sebelum didiagnosis endometriosis.
Hal ini disampaikannya dalam acara Konferensi Pers ‘Terobosan Terbaru: Bebas Nyeri Endometriosis!’ di Hotel Le Meridien, Jl Jenderal Sudirman, Jakarta.
Setiap kali datang bulan, diplomat muda ini selalu didera rasa sakit luar biasa pada hari pertama dan kedua haid, sampai-sampai ia harus mengonsumsi obat pereda nyeri saat haid atau menggunakan botol panas di bagian perut. Selain nyeri perut saat haid, setiap datang bulan Diyah juga selalu mengalami mual muntah, diare dan tidak nafsu makan.
Saat itu, Diyah sempat memeriksakan diri ke dokter kandungan. Namun dokter tidak menemukan keganjilan apa-apa dalam tubuhnya dan hanya memberikan obat agar masa haid tidak terlalu panjang.
Sayangnya, obat tersebut tidak juga membuat rasa nyeri saat haid yang dialami ibu satu anak ini menghilang. Ia selalu mengalami keluhan yang sama sehari menjelang haid dan pada hari-hari pertama haid.
“Sebelum menikah saya juga sempat USG, tapi tidak pernah terlalu spesifik. Banyak yang bilang keluhan nyeri haid seperti ini akan menghilang setelah menikah dan punya anak,” ujar Diyah.
Nyatanya, setelah menikah dan memiliki anak yang kini usianya menginjak 5 tahun, keluhan nyeri haid Diyah tidak pernah menghilang. Setelah melahirkan di tahun 2008, Diyah juga sempat melakukan beberapa pemeriksaan, seperti USG dan Pap Smear. Hasilnya nihil, tak ada keganjilan di tubuhnya.
Namun sejak tahun 2011, rasa nyeri haid hebat di perut juga terasa saat haid sudah selesai, yang juga disertai nyeri punggung dan perut depan bagian kanan. Ia kembali melakukan pemeriksaan dan hasilnya sangat mengejutkan, dokter mengatakan ada kista berukuran 6 cm di rongga perutnya dan disarankan untuk operasi.
“Itu saya periksa sebelum berangkat ke Los Angeles, tempat saya ditugaskan. Di sana (Los Angeles) saya periksa lagi, dievaluasi dan akhirnya diketahui saya mengalami endometriosis tahap empat, tahap akhir,” kenangnya.
Diyah mengatakan, saat melakukan pemeriksaan laparoskopi, dokter melihat sudah banyak perlengketan di rongga perut, hingga ia harus menjalani operasi caesar. Meski sudah dioperasi, namun endometriosis adalah penyakit yang tidak bisa sembuh. Diyah masih harus rutin minum obat saat gejala penyakitnya terasa.
Dengan pengalamannya tersebut, Diyah ingin wanita-wanita lain dapat lebih memperhatikan tubuhnya dan tidak pernah menyepelekan nyeri perut saat haid.
“Sedini mungkin periksalah kalau terasa sakit saat haid. Sakit saat haid itu tidak normal, harus diperiksakan,” pesannya.
Advertisement